Entah dari mana harus mulai menulis. Menyusun huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, dan kalimat menjadi paragraf.
Lima tahun bersama beliau, yang terlihat di mataku hanyalah kebaikan.
Di balik kesibukannya yang luar biasa, setiap kali aku mengirim pesan melalui WhatsApp, selalu direspons dengan cepat. Padahal aku ini ibarat butiran debu. Begitulah beliau—tidak memandang bulu, semua diperlakukan setara.
Aku hanyalah penjaga gerbang. Membuka pintu saat beliau pergi, dan menutupnya saat beliau pulang. Tapi beliau selalu menyempatkan waktu untuk menyalami dan menanyakan kabar keluargaku.

Jakarta, Juni 2025 — Roni Susanto menerima sertifikat penghargaan dari DPP PKS atas pengabdian selama masa bakti 2020–2025.
Bapak Presiden PKS-ku, waktu berlalu begitu cepat. Lima tahun terasa hanya sesaat. Kini aku tak lagi membuka dan menutup pintu gerbang kediamanmu untuk menyambutmu pulang.
Dalam harapku, aku merindukan sapaan hangat dan akrab yang entah kapan bisa kembali kudengar—kalau waktu sempat.
“Akh, bagaimana kabar antum dan keluarga?” tanya beliau.
“Alhamdulillah baik, Ustaz,” ujarku.
Begitulah setiap kali kami bertemu.
Saat aku pertama kali menjadi penjaga gerbang, beliau datang membawakan beberapa baju.
“Akh, ana ada beberapa baju buat antum. Semoga berkenan, ya,” ucap beliau.
“Terima kasih, Ustaz,” jawabku.
Sungguh, perhatian yang luar biasa dari seorang Presiden PKS waktu itu.
Saat terakhir aku bertugas menjaga rumah beliau—karena kini beliau telah menjadi Wakil Ketua Majelis Syuro PKS—aku memberanikan diri meminta doa agar anakku bisa diterima di salah satu SMA Negeri di Kota Bekasi. Dengan senang hati, beliau mendoakan.
Alhamdulillah, anakku diterima melalui jalur prestasi non-akademik. Doa beliau menembus langit.
Bapak Wakil Ketua Majelis Syuro PKS periode 2025–2030, jika tulisan ini sampai ke hadapanmu, mohon ingat aku. Si butiran debu, sang penjaga pintu gerbang yang selalu mendapat sapaan hangat dan penuh hormat darimu. Yang kau perlakukan layaknya saudara.
Terima kasih, Bapak Presiden PKS periode 2020–2025. Semoga Allah terus limpahkan keberkahan untukmu.
Dan jika suatu hari kita bertemu lagi, izinkan aku menjabat tangan itu sekali lagi—tangan yang dulu selalu hangat menyambutku di gerbang. (Roni Susanto)





Be the first to comment on "Baju, Salam, dan Doa yang Selalu Menyertai"