Oleh Toto Abu Ihsan
Setelah selesai Salat Subuh berjamaah, Amat dan Amit duduk-duduk di serambi. Sementara, Imat bergegas berganti baju dan segera mengerjakan amalan paginya menyapu halaman mushola.
Amat tampak serius mendengarkan cerita Amit tentang gempa yang terjadi beberapa hari lalu. Amit sebenarnya hanya menyampaikan berita dari Bang Indra yang bersama Tim Lembaga Kemanusiaannya telah bergerak ke tempat bencana. Tetapi Amat tidak tahu!
Setelah selesai menceritakan berbagai kisah yang diketahuinya, Amit bangkit hendak pamitan. “Eh, sebentar,” kata Amat sambil memegang tangan Amit. “Kalau kejadian gempa, kita mesti ngapain, nih?” tanya Amat dengan tampang serius.
Amit menjawab ringan, “Lari, Bang. Lari secepet-cepetnya. Terus cari lapangan.”
Amat mengangguk-angguk. “Kayak lapangan badminton RT 01?” tanyanya.
“Nah, boleh itu, Bang!” kata Amit. “Kalo ada gempa, lari aja langsung ke situ”
“Oke, deh” kata Amat dengan senang. “Terima kasih atas infonya”
Amit pun segera berlalu. Amat bersegera mencari posisi enak di serambi. Dia menyelusup ke balik sarung, dan sebentar kemudian sudah mulai terlelap.
Sementara itu, Imat hampir menyelesaikan pekerjaannya. Dia sedang menyapu dekat pintu pagar mushola. Imat terheran-heran melihat Amit kembali ke arah mushola sambil mengendap-endap. Ketika ditegur, Amit menutupkan jari telunjuk ke bibirnya yang dimonyongkan. “Sssttt. Diam-diam, Bang.” katanya lirih.
Imat membiarkan kelakuan Amit lalu kembali konsentrasi ke pekerjaannya.
Amit terus mengendap-endap ke arah serambi mushola tempat Amat tertidur.
Tetiba Amit melompat ke arah Amat. Diguncang-guncangnya badan Amat sambil berteriak-teriak. “ADA GEMPA! ADA GEMPA!”
Amat bangun dari tidurnya dengan penuh rasa terkejut. Sementara Amit masih mengguncang-guncang tubuh Amat.
Meski belum sepenuhnya sadar, Amat tampak sigap bangkit lalu berlari ke luar mushola. Imat yang masih menyapu halaman tidak dihiraukannya. Amat terus berlari dengan cepat meninggalkan halaman mushola. Dia berlari ke arah Lapangan Badminton RT 01!
Amit tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Amat. Imat hanya geleng-geleng kepala melihat keisengan Amit.
Suara tertawa Amit tiba-tiba terhenti, berganti dengan suara mengaduh. “Aduh..aduh.. Ampun, Ustadz..Ampun…” Imat melongok ke arah serambi. Ternyata Amit sedang dijewer oleh Ustadz Noer.
Akhirnya Ustadz Noer melepaskan jewerannya. “Ente kadang-kadang, ente! Ente ga boleh gangguin orang. Apalagi pake acara bohong.” Ustadz Noer menasihati Amit. Rupanya beliau mengetahui apa yang dilakukan oleh Amit.
Amit mengusap-usap telinganya yang terasa panas karena jeweran Ustadz Noer. “Saya tadi cuma bercanda, Ustadz”
“Biar pun bercanda, tetap tidak boleh bohong!”
Amit hanya bisa menundukkan kepala.
“Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
=o0o=
Buat sahabat yang ingin ikut berdonasi bagi korban bencana gempa di Cianjur, bisa disalurkan melalui kantor DPD PKS Kota Bekasi.





Be the first to comment on "GEMPAR GEMPA"