Sisa-Sisa Daging Qurban

Oleh Toto Abi

Imat mencolek Amat yang masih duduk terkantuk-kantuk di selasar musola. Amat mendongakkan kepalanya. “Ada apa, Im? Udah masuk Zuhur?”

“Belum, Am. Haji Murat minta kita ke rumahnya. Ada daging sapi sisaan kurban kemarin.” Kata Imat.

Amat memandangi langit lalu berkata. “Ga usah, lah. Daging udah tiga minggu, pasti udah busuk. Lagi juga, panas banget, nih. Jalan ke sana bisa gosong kulit kita.”

“Biasanya Haji Murat ngasih sesuatu yang emang bisa dimanfaatkan. Ga mungkin dia ngasih daging yang udah ga layak dimakan.” Kata Imat.

“Kalau ente mau, pergi sendiri aja. Ane di sini aja. Ane mau azan, nanti. Biar dapet pahala yang banyak. Ga perlu daging-dagingan” Kata Amat

Tanpa mereka sadari, Abi Ihsan mendekat dari belakang mereka. “Ngomongin daging apaan, nih?”

Imat menoleh. “Haji Murat katanya mau ngasih daging sisaan kurban, Abi.” Jawab Imat

Abi Ihsan langsung terlihat bersemangat. “Oh, begitu! Waktu hari kurban saya juga dapat bagian daging dari Haji Murat.”

“Sekarang masih ada sisa, Bi?” Tanya Imat setengah menggoda

“Udah diolah semua, sih” Jawab Abi Ihsan sambil garuk-garuk kepala

“Enak, Bi?” Tanya Imat lagi

“Yahh, gitu deh. Ada asin, manis dan agak pahit sedikit.” Jawab Abi Ihsan lagi sambil nyengir

baca juga: KOLABORASONG

“Tapi, itu kan daging baru, Bi. Ini yang mau dibagi, kan udah tiga minggu!” sela Amat rada kesal.

Abi Ihsan nyengir lagi, “Biasanya, Haji Murat nyimpen daging di freezer. Semua daging kurban itu dibekukan. Jadinya, pasti masih layak konsumsi. Jangan kata tiga minggu, tiga bulan juga masih OK!”

Mendengar itu, tiba-tiba Amat melompat lalu setengah berlari keluar musola.

Imat dan Abi Ihsan terkejut. “Mau ke mana, bro?!” Seru Abi Ihsan.

“Ngambil daging!” jawab Amat pendek.

“Eh, katanya mau azan?!!” Ganti Imat menyeru.

“Ente aja!” sahut Amat sebelum menghilang di kejauhan.

-o0o-

“Lindungilah diri kalian dari api Neraka meskipun dengan (menyedekahkan) sepotong kurma. Jika tidak ada maka dengan kata-kata yang baik.” (Muttafaq ‘alaihi)

Be the first to comment on "Sisa-Sisa Daging Qurban"

Leave a comment

Your email address will not be published.


*