Kearifan lokal adalah warisan budaya yang tak ternilai, lahir dari pengalaman panjang dan interaksi masyarakat dengan lingkungannya. Namun, di kota-kota yang berkembang pesat seperti Bekasi, nilai-nilai ini sering kali tergerus oleh laju modernisasi, gaya hidup instan, dan arus globalisasi. Padahal, kearifan lokal memiliki peran krusial dalam menjaga harmoni sosial dan lingkungan, serta memperkuat identitas diri warga Bekasi.
Bekasi, sebagai kota industri dan hunian, adalah tempat bertemunya berbagai suku dan latar belakang budaya. Di tengah keberagaman ini, kearifan lokal seperti tradisi gotong royong menjadi sangat penting. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Jurnal Komunitas: International Journal of Community Development (2020) oleh Wibowo et al. menyoroti bagaimana tradisi gotong royong masih aktif di beberapa kampung di pinggiran Bekasi dan berfungsi sebagai perekat sosial yang efektif. Warga secara sukarela bekerja sama dalam kegiatan seperti membersihkan lingkungan atau membangun fasilitas umum, yang menunjukkan bahwa nilai-nilai ini tetap relevan di tengah kesibukan kota.
Selain itu, kearifan lokal juga tercermin dalam tradisi dan ritual adat yang masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat Betawi atau Sunda yang merupakan penduduk asli. Laporan penelitian dari Pusat Penelitian Kebudayaan Universitas Indonesia (2019) yang berfokus pada dinamika sosial di Bekasi mencatat bahwa pertunjukan seni tradisional, seperti lenong atau tari topeng, meskipun semakin jarang, masih menjadi media penting untuk menjaga interaksi sosial lintas generasi dan merayakan identitas budaya bersama.
Melestarikan kearifan lokal di Bekasi memerlukan upaya kolektif dari semua pihak. Pemerintah Kota Bekasi dapat memfasilitasi dengan mengadakan festival budaya tahunan, seperti Pekan Raya Bekasi atau festival seni, yang dapat menjadi ruang bagi warga untuk berinteraksi dan merayakan identitas budaya bersama. Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Laporan Pembangunan Manusia Kota Bekasi (2021) yang menekankan pentingnya ruang publik dan kegiatan budaya untuk meningkatkan kohesi sosial.
Lembaga pendidikan juga memegang peran vital. Jurnal Pendidikan Sejarah (2018) menyoroti bahwa pengenalan sejarah dan kearifan lokal Bekasi, seperti cerita rakyat atau situs bersejarah, dalam kurikulum sekolah dapat menumbuhkan rasa bangga dan kepedulian pada generasi muda.
Menjaga kearifan lokal tidak berarti menolak modernisasi. Sebaliknya, hal ini adalah cara bagi warga Bekasi untuk tetap maju sebagai kota metropolitan tanpa kehilangan jati diri. Modernisasi seharusnya menjadi alat untuk menguatkan identitas budaya, bukan menghapusnya, menjadikan Bekasi kota yang modern namun tetap berakar kuat pada nilai-nilai luhurnya.
DPDPKSKOTABEKASI — Semangat sehat dan kebersamaan mewarnai pagi akhir pekan di kawasan Harapan Indah, Kecamatan…
DPDPKSKOTABEKASI – Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Kalibaru yang berada di bawah naungan Bipeka DPRA PKS…
DPD PKS KOTABEKASI - Untuk memperkuat peran anggota dalam memahami karakter dan potensi generasi Z,…
DPDPKSKOTABEKASI – Ketua DPD PKS Kota Bekasi, Fendaby Surya Putra, menghadiri Aksi Indonesia Lawan Genosida…
DPDPKSKOTABEKASI – Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bekasi, Fendaby Surya Putra, rencananya hadir…
DPDPKSKOTABEKASI - Suasana hangat dan penuh kekeluargaan mewarnai pertemuan antara Dewan Pimpinan Tingkat Daerah (DPTD)…